Pentingnya Menjaga Lurusnya Shaf dalam Shalat
Pentingnya
Meluruskan Shaf dan Ancaman Keras Bagi Yang Tidak Meluruskannya
Dan diantara hal
yang berkaitan dengan shalat yang harus diperhatikan dengan serius
dan tidak boleh diremehkan adalah permasalaahn lurus dan rapatnya
shaf (barisan dalam shalat).
Mengapa demikian?
Karena ancamannya pun tidak sembarangan, yakni ancaman bagi yang
tidak meluruskan shaf.
Dijelaskan di dalam
hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari shahabat
Abu Abdillah An Ni’man bin Basyir, beliau berkata, aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Benar-benar
kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak) maka sungguh
Allah akan memalingkan antar wajah-wajah kalian (menjadikan
wajah-wajah kalian berselisih).” (HR Bukhari No.727 dan Muslim
No.436)
Dalam satu riwayat
milik Imam Muslim disebutkan,
“Bahwasanya
Rasulullah biasa meluruskan shaf-shaf kami seakan-akan beliau sedang
meluruskan anak panah sehingga apabila beliau melihat bahwasanya kami
telah memahami hal itu, yakni wajibnya meluruskan shaf (maka
beliaupun memulai shalatnya). Kemudian pada suatu hari beliau keluar
lalu berdiri sampai hampir-hampir beliau bertakbir untuk shalat,
tiba-tiba beliau melihat seseorang yang menonjol sedikit dadanya,
maka beliaupun bersabda, “Wahai hamba-hamba Allah, benar-benar
kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak) maka Allah
sungguh akan memalingkan antar wajah-wajah kalian.”
Lihatlah wahai
saudaraku, kaum muslimin sabda beliau yang mulia yang mana beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah Allah terangkan sifatnya kepada
orang-orang beriman.
“Sesungguhnya
telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri,
berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan
(keimanan, kebaikan dan keselamatan) bagi kalian dan amat belas
kasihan lagi penyanyang terhadap orang-orang yang beriman.”
(At-Taubah 128)
Tidaklah beliau
bersabda demikian kecuali karena menginginkan kebaikan bagi umatnya
kaum muslimin.
Tidak ada satu
kebaikan pun yang akan mendekatkan ke jannah kecuali telah beliau
tunjukkan kepada umatnya agar melakukannya dan tidak ada satu
kejelekan pun yang akan mengantarkan ke neraka kecuali telah beliau
larang umatnya agar menjauhinya.
Di dalam hadits di
atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menekankan
agar meluruskan shaf di dalam salat dengan sabdanya seperti
disebutkan diatas riwayat Imam Bukhari dan Muslim.
Para ulama berbeda
pendapat tentang makna “berpalingnya atau berselisihnya wajah”,
Sebagian mereka
berpendapat bahwasanya maknanya sungguh Allah subhanallahu wa ta’ala
akan memalingkan antar wajah-wajah mereka dengan memalingkan sesuatu
yang dapat dirasakan panca indera, yaitu dengan memutar leher,
sehingga wajahnya berada dibelakangnya, dan Allah subhanahu wa ta’ala
Maha Mampu atas segala sesuatu.
Dialah Allah ‘azza
wa jalla yang telah menjadikan sebagian keturunan Nabi Adam (yaitu
bani Israil) menjadi kera, di mana Allah subhanahu wa ta’ala
berkata kepada mereka: “Jadilah kalian kera yang hina.” (Al
Baqarah 65) maka jadilah mereka kera.
Maka Allah subhanahu
wa ta’ala mampu untuk memutar leher manusia sehingga wajahnya
berada di punggungnya dan ini adalah siksaan yang dapat dirasakan
panca indera.
Adapun ulama yang
lain berpendapat, bahwa yang dimaksudkan perselisihan disini adalah
perselisihan maknawiyyah yakni berselisihnya hati, karena hati itu
mempunyai arah, maka apabila hati itu bersepakat terhadap satu arah,
satu pandangan, satu aqidah dan satu manhaj, maka akan didapatkan
kebaikan yang banyak. Akan tetapi sebaliknya apabila hati berselisih
maka ummat pun akan berpecah belah.
Sehingga yang
dimaksud perselisihan dalam hadits ini adalah perselisihan hati, dan
inilah tafsiran yang paling shahih benar, karena terdapat dalam
sebagian lafazh hadits, “atau sungguh Allah akan palingkan antar
hati-hati kalian.”
Dengan alasan inilah
maka yang dimaksud dengan sabda beliau, “atau sungguh Allah akan
palingkan antar wajah-wajah kalian”, yakni cara pandang kalian yang
hal ini terjadi dengan berselisihnya hati.
Wajibnya
Meluruskan Shaf
Bagaimanapun juga di
dalam hadits ini terdapat dalil akan wajibnya meluruskan shaf dan
bahwasanya wajib atas para makmum untuk meluruskan shaf-shaf mereka,
dana kalau mereka tidak meluruskan shafnya, maka sungguh mereka telah
mempersiapkan diri-diri mereka untuk mendapatkan siksaan dari Allah
subhanahu wa ta’ala.
Pendapat ini yaitu
wajibnya meluruskan meluruskan shaf adalah pendapat yang benar,
sehingga wajib atas imam-imam shalat agar memperhatikan shaf, apabila
didapatkan padanya kebengkokan atau ada yang sedikit maju atau mundur
maka para imam tersebut harus memperingatkan mereka agar meluruskan
shafnya.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pun kadang-kadang berjalan diantara shaf-shaf
untuk meluruskannya dengan tangannya yang mulia dari shaf yang
pertama sampai terakhirnya.
Ketika manusia
semakin banyak di masa khalifah ‘Umar bin Khattab, ‘Umar pun
memerintahkan sesesorang untuk meluruskan shaf apabila telah
dikumandangkan iqamah. Apabila orang yang ditugaskan tersebut telah
datang dan mengatakan. “Shaf sudah lurus” maka ‘Umar pun
bertakbir untuk memulai shalat.
Demikian juga hal
ini dilakukan oleh ‘Ustman bin ‘Affan beliau menugaskan
sesesorang untuk meluruskan shaf-shaf manusia maka apabila orang
tersebut datang dan mengatakan. “Shaf telah lurus”, beliaupun
bertakbir untuk memulai shalat.
Semuanya ini
menunjukkan atas perhatian yang tinggi dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan Khulafa’ur rasyidin dalam masalah
meluruskan shaf.
Sebagian Kaum
Muslimin Susah Diatur
Akan tetapi sungguh
amat disesalkan, sekarang kita akan dapati para makmum tidak
memperdulikan masalah meluruskan shaf, yang satu agak maju ke depan
yang satu lagi agak mundur ke belakang tidak peduli akan lurusnya dan
rapatnya shaf.
Kadang-kadang mereka
lurus pada rakaat pertama, kemudian ketika sujud muncullah
kesenjangan, yang satu maju dan yang lain agak ke belakang dan
mereka tidak meluruskan shaf pada rakaat kedua, bahkan mereka tetap
seperti itu tidak meluruskan shaf di rakaat kedua dan seterusnya, ini
adalah kesalahan.
Yang mengherankan
dari semuanya itu adalah ketika ada seseorang yang paham akan
wajibnya meluruskan shaf, dia bertindak sebagai imam, maka diapun
melaksanakan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yaitu memeriksa para makmum dan memerintahkan mereka untuk meluruskan
shaf, maka kita dapati sebagian makmum tersebut enggan, tidak mau
lurus dan rapat. Bahkan ada yang menonjol maju ke depan atau mundur
ke belakang, ataupun kaki-kaki mereka tidak rapat antara satu dengan
lainnya. Dalam keadaan mereka sudah mengetahui hadits diatas.
Wallaahu Musta’an.
Semoga Allah
tabaraka wa ta’ala menunjuki semua kaum muslimin agar menjadi
orang-orang yang taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, dimana sifat
orang-orang mukmin yang baik adalah sami’naa wa atha’na (kami
mendengar dan kami taat), bukan sami’naa wa ‘ashainaa (kami
mendengar dan kami melanggarnya).
Yang jelas wajib
bagi imam maupun makmum untuk meluruskan dan merapatkan shaf.
Bila Hanya Ada
Imam dan Seorang Makmum
Kalau ada yang
bertanya, “Apabila disana hanya ada imam dengan seorang makmum
saja, apakah imam maju sedikit ke depan ataukah sejajar dengan
makmum?”
Jawabannya adalah
hendaklah imam sejajar dengan makmum, imam berada di sebelah kiri
sedangkan makmum di sebelah kanan imam, karena apabila hanya ada imam
dan seorang makmum saja, maka berarti shaf cuma ada satu, yang tidak
mungkin makmum sendirian di belakang imam, bahkan yang benar adalah
mereka berdua berada dalam satu shaf yaitu sang imam sejajar dengan
makmum. Dengan berada dalam satu shaf akan terjadi kelurusan dalam
shaf.
Dalilnya adalah
ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat malam,
datanglah Ibnu ‘Abbas berdiri di sebelah kiri beliau, maka beliau
pun menarik Ibnu ‘Abbas dan menjadikannya tepat di sebelah kanan
beliau. (Muttafaqun ‘alaih)
Hal ini berbeda
dengan apa yang dikatakan oleh sebagian ulama, “Bahwasanya
hendaklah imam maju sedikit kedepan”. Pendapat ini tidak ada
dalilnya bahkan justru dalil menyelisihi pendapat ini yaitu hendaklah
antara imam dan makmum sejajar apabila mereka berdua.
Kemudian dalam
riwayat yang lain disebutkan, “Bahwanya Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam biasa meluruskan shaf-shaf kami (para shahabat) seakan-akan
meluruskan anak panah.” Maka jadilah shaf mereka benar-benar lurus
dengan sempurna sehingga tidak ada yang maju kedepan maupun mundur
walalupun sedikit.
Rasulullah biasa
meluruskan shaf seakan-akan meluruskan anak panah sehingga apabila
beliau melihat bahwasanya para sahabat telah memahaminya, yakni
mereka telah paham dan tahu bahwasanya shaf harus lurus beliaupun
memulai shalatnya.
Kemudian pada suatu
hari beliau keluar untuk melaksanakan shalat, tiba-tiba beliau
melihat seseorang yang menonjol sedikit dadanya, maka beliaupun
bersabda, “Wahai hamba-hamba Allah, benar-benar kalian luruskan
shaf-shaf kalian atau (kalau tidak) maka Allah sungguh akan
memalingkan antar wajah-wajah kalian.”
Sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Benar-benar kalian luruskan
shaf-shaf kalian” sebabnya adalah semata-mata hanya karena beliau
melihat seseorang menonjol dadanya, yaitu dada orang tersebut
menonjol sedikit.
Bagaimana kalau
beliau melihat shaf-shaf yang ada sekarang? Yang satu ke depan, yang
satu lagi ke belakang, shaf mereka bengkok, tidak lurus dan tidak
rapat? Bisa kita bayangkan apa yang akan diucapkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat keadaan seperti itu?
Imam Shalat
Hendaklah Memeriksa Shaf
Hadits ini
menunjukkan kepada kita bahwasanya di antara petunjuk Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa beliau senantiasa
memeriksa shaf, meluruskan dan merapatkan shaf. Kalau masih ada yang
bellum lurus atau belum rapat maka beliapun meluruskannya bahkan
mengancam sebagaimana kisah dalam hadits diatas.
Kesimpulannya adalah
wajib atas kita untuk menerangkan masalah ini kepada imam-imam masjid
dan demikian juga kepada para makmum agar mereka memperhatikan
perkara yang sangat berbahaya ini sehingga mereka benar-benar
meluruskan dan merapatkan shafnya di dalam shalat.
Dari Anas, katanya:
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Ratakanlah shaf-shafmu semua itu, karena sesungguhnya meratakan
shaf-shaf itu termasuk tanda kesempurnaan shalat." (Muttafaq
'alaih)
Semoga Allah
subhanahu wa ta’ala selalu membimbing kita kepada apa yang dicintai
dan diridhai-Nya. Wallaahu a’lam
Tulisan asli oleh Abu Rasyid
Ash-Shinkuaniy
Sumber Referensi:
Disadur dari Syarah
Riyadus Shalihin dengan beberapa tambahan dan perubahan
Oleh Anggit Tinarbuka
Tag: penting meluruskan shaf, menjaga lurusnya shaf salat, shaf dalam salat, lurus dan rapatkan shaf