Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Shalat
Segala
puji hanya milik Allah SWT atas beragam nikmat yang dianugerahkan kepada kita.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Merupakan sebuah hal yang diketahui bersama bahwa
shalat memiliki keagungan yang sangat tinggi dalam
Islam. Shalat adalah tiangnya agama dimana menjadi amalan yang
pertama kali dihitung dari setiap diri. Akan tetapi tak jarang kita lihat berbagai praktek shalat yang keliru dikerjakan oleh sebagian kaum
muslimin. kesalahan dalam shalat.
Dua hal
yang menjadi syarat diterimanya amal shalih / ibadah kita oleh Allah adalah dilakukan
dengan Ikhlas dan Ittiba (mengikuti petunjuk Nabi). Tidak terkecuali dalam
shalat, patut kita mencontoh apa yang telah Nabi contohkan dalam praktek
shalat. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad, “Shalatlah kamu sekalian
sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR Bukhari Muslim No.213). Mari
kita simak beberapa koreksi atas kesalahan dalam shalat yang terjadi dalam shalat.
Sebelum Shalat
[1] Tergesa-gesa Menuju Tempat Shalat
Berjalan
menuju masjid adalah berjalan memenuhi panggilan Allah. Sepatutnya jika kita
menjaga ketenangan dan tidak tergesa-gesa saat berjalan menuju tempat shalat.
Sehingga ketika telah sampai waktu menunaikan shalat, hati dan pikiran kita pun
lebih tenang.
“Apabila
kamu mendengar iqamah, maka berjalanlah (ke masjid untuk) shalat berjamaah,
dengan tenang dan penuh kewibawaan serta janganlah tergesa-gesa. Apa yang kamu
dapati, maka shalatlah (seperti mereka) dan apa yang terlewatkan darimu, maka
sempurnakanlah.” (HR
Muslim No.602, Tirmidzi No.325 dan Ibnu Majah No.775)
[2] Tidak Memperhatikan Pakaian Shalat
Hendaknya
kita melaksanakan shalat dengan memakai pakaian yang pantas, baik, sopan dan
menutup aurat. Kita dapati saat shalat berjamaah di masjid, terdapat jamaah
yang memakai pakaian yang tidak sopan yang dapat mengganggu kekhusyu’an serta
mengundang gelak tawa. Selain itu penting juga untuk diperhatikan adalah memilih
pakaian yang dapat menutup aurat. Ada dari kaum muslimin ketika shalat memakai
kaos yang kurang panjang, sehingga saat sujud akan terlihat bagian pinggang
belakangnya. Karena saat sujud otomatis panjang baju akan tertarik ke atas.
Sehingga lebih baik memilih pakaian yang lebih panjang dan longgar. Akan tetapi
bukan berarti harus memakai pakaian yang mewah dan mahal. Cukup sebatas baik,
sopan dan menutup aurat.
“Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (QS Al A’raaf 31)
[3] Tidak Memperhatikan Kesucian Badan, Pakaian dan Tempat
Tidak
benar jika seseorang hanya memperhatikan kesucian badan saja, sementara pakaian
dan tempat shalatnya bernajis. Atau sebaliknya, tempat dan badannya yang najis.
Najis bisa saja kita sadari atau tidak sadari ada di sekitar kita. Sehingga
kita patut berhati-hati dan jeli terhadap kesucian badan, pakaian dan tempat
dari najis ini. Hendaknya kita memeriksa terlebih dahulu sebelum melaksanakan
shalat dan mensucikannya dengan baik.
[4] Lewat di Depan Orang Shalat
Banyak
dari kaum muslimin yang lewat di depan orang yang sedang shalat baik dengan
sengaja maupun tidak. Hal ini biasanya terjadi pada kaum muslimin yang sedang
menunaikan shalat sunnah kemudian jamaah lain lewat di depannya. Perlu
diketahui bahwa lewat di depan orang yang sedang shalat merupakan kesalahan
besar bahkan dianggap sebagai dosa.
"Seandainya
orang yang lewat di depan orang yang sedang shalat mengtahui dosa (yang akan
didapatkannya karena perbuatan itu), niscaya berdiri sambil diam selama empat
puluh (masa) lebih baik baginya daripada lewat di depan orang yang sedang
shalat.” (HR
Bukhari No.510, Muslim No.507)
Oleh
karena itu, apabila kita hendak mengerjakan shalat sendiri atau menjadi imam, baiknya
ada dinding atau pembatas lainnya di depan kita. Hal ini untuk menghindarkan
orang lain dari dosa karena lewat di depan kita selain itu juga untuk menjaga
kekhusyu’an shalat kita.
“Nabi
berdiri shalat dekat pembatas (sutrah) yang jaraka antara beliau dengan
pembatas di depannya 3 hasta.” “Jarak antara tempat sujud dengan pembatas
tersebut kurang lebih cukup untuk dilewati seekor anak kambing.” (HR Bukhari No.280)
[5] Tidak Mencari Jamaah dan Memilih Shalat Sendirian
Banyak
diantara kaum muslimin saat ketinggalan shalat berjamaah dengan imam, ia
kemudian shalat sendirian tanpa mencari atau ikut jamaah shalat baru. Shalat berjamaah adalah
fardhu bagi laki-laki baik ketika berada di masjid, rumah, perjalanan, dalam
kondisi aman atau dalam ketakutan. Terlebih lagi jika di masjid.
“Shalat
seseorang dengan satu orang lain lebih banyak pahalanya dan lebih mampu
membersihkan dosa daripada shalat seseorang sendirian. Dan shalat seseorang
dengan dua orang lebih banyak pahalanya dan lebih mampu membersihkan dosa
daripada shalat seseorang sendirian. Dan jika dilakukan bersama lebih banyak
orang, maka itu lebih dicintai oleh Allah.” (HR Ahmad, Abu Dawud,
An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
[6] 2 Jamaah yang Bersamaan
Keadaan
ini terjadi ketika tertinggal shalat berjamaah saat imam tasyahud akhir,
kemudian jamaah yang baru datang membentuk jamaah baru tanpa menunggu jamaah
sebelumnya selesai shalat. Bisa pula terjadi ketika melihat jamaah yang sedang
shalat tidak dikenalnya atau terlalu sedikit jumlahnya sehingga membuat jamaah
baru lagi. Hal ini khususnya terjadi di masjid yang tidak mempunyai jamaah
tetap.
Hal ini
dimakruhkan menurut pendapat jumhur ahli ilmu. Jamaah kedua yang dilakukan pada
masjid dan waktu yang sama ini dapat memecah belah persatuan hati kaum
muslimin. Ini menyelisihi hikmah berjamaah yang berupa kesatuan hati dan
persatuan. Hal ini juga dapat mengganggu kekhusyu’an dan konsentrasi shalat
karena terdapat dua suara imam bersamaan. Sehingga baiknya diharapkan untuk
tidak ketinggalan shalat jamaah yang pertama atau menunggu hingga jamaah yang
ada selesai terlebih dahulu.
[7] Menunggu Imam Bangkit Berdiri Saat Tertinggal Shalat
Apabila
seseorang terlambat shalatnya dan mendapati imam sedang ruku’ atau sedang sujud, sebagian orang menunggu imam tasyahud atau
bangkit berdiri. Jika makmum masuk ke masjid sudah sepantasnya ia segera mengikuti gerakan imam untuk shalat. Bagaimanapun gerakan yang sedang dilakukan imam
ketika itu. Meskipun imam sedang dalam keadaan sujud, atau
bangkit dari ruku’ dan semisal itu. Haditsnya sama seperti pada poin 1 diatas. Lebih utama
untuk segera mengikuti shalat.
[8] Shaf Shalat Tidak Lurus dan Longgar
Ciri
khas umat Islam dalam hal beribadah maupun di luar ibadah adalah barisannya
yang rapat dan lurus. Berdiri dalam shalat tidak bisa dilakukan seenaknya dalam
konteks shalat berjamaah. Banyak riwayat maupun dalil akan keutamaan lurusnya
barisan / shaf yang merupakan kesempurnaan shalat. Kekeliruan yang banyak
terjadi di kaum muslimin yaitu jamaah
tidak meluruskan shafnya sebelum shalat maupun setelah bangun dari sujud untuk
rakaat selanjutnya. Ada pula yang jamaah yang berdiri sendirian terpisah maupun
jauh dari barisan makmum lainnya. Kekosongan dan kelonggaran ini merupakan
tempat setan untuk mengganggu shalat kita. Lurus dan rapatnya barisan shalat
tidak hanya tanggung jawab imam shalat saja akan tetapi makmum juga, baik tua
atau muda tidak terkecuali.
“Luruskanlah
shaf kalian, luruskanlah pundak-pundak kalian, tutuplah celah-celah yang
kosong, jangan beri ruang untuk setan. Barang siapa yang menyambung shaf, maka
Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutus shaf, maka Allah akan
memutuskannya.” (HR Abu
Dawud No.666)
Selain
itu didapati pula, jamaah yang tidak mengisi shaf yang ada tetapi membuat shaf
yang baru. Tidak diperbolehkan membuat shaf baru jika shaf depannya masih ada
yang kosong. Dalilnya serupa di atas.
Saat Sedang Shalat
[1] Tidak Meniatkan Shalat di Hati
Banyak
pendapat ulama yang menyebutkan bahwa niat shalat sama seperti niat pada ibadah
lainnya yang tidak perlu untuk dilafadzkan. Hal ini dikarenakan tidak ada
riwayat tentang lafadz niat pada shalat. Niat merupakan kehendak hati,
sebagaimana yang disepakati oleh ulama lintas madzhab bahwa tempat niat adalah
di dalam hati. Begitu pula pada amal ibadah lainnya selain shalat.
Pelafadzan
niat shalat ini berkembang sebagai upaya mempermudah pembelajaran bagi
anak-anak kecil maupun orang yang baru masuk Islam. Tidak disyaratkan untuk
melafadzkan niat secara lisan, meskipun demikian diperbolehkan bagi seseorang
untuk melakukannya. Yang menjadi kekeliruan adalah karena terbiasa mengucapkan
niat secara lisan sehingga di dalam hatinya belum berniat. Oleh karena ibadah
itu berawal dari niat, dan niat itu berupa kesadaran dan kehendak hati.
Sehingga perlu diperhatikan apakah hati kita juga telah berniat sebagaimana
lisan kita.
“Sesungguhnya
semua amalan itu bergantung pada niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang apa
yang ia niatkan.” (HR
Enam Imam)
[2] Tidak Melihat ke Tempat Sujud
Posisi
berdiri yang benar ketika melakukan shalat adalah melihat ke arah tempat sujud.
Sebab melihat ke tempat sujud sesuai dengan sunnah Nabi dan dapat membuat
shalat menjadi khusyu’. Oleh karena itu diharapkan untuk menjaga pendangan kita
saat sedang shalat. Lebih utama jika tidak memejamkan mata apabila tidak ada sebab
tertentu. Memejamkan mata saat shalat dapat menyebabkan kita tertinggal gerakan
shalat imam serta dapat menimbulkan rasa kantuk. Selain juga dilarang juga menengok
ke kanan, ke kiri atau ke atas saat shalat.
“Saat
shalat Nabi biasa menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke bumi.” (HR Baihaqi dan Hakim)
“Hendaklah
orang-orang berhenti menengadah ke langit ketika sedang shalat atau matanya
tidak dikembalikan lagi kepada mereka.” (HR Bukhari No.408
Muslim)
“Jika
kalian shalat janganlah kalian menoleh, karena Allah senantiasa menghadapkan
wajah-Nya ke wajah hamba-Nya yang sedang shalat selama ia tidak menoleh.” (HR Tirmidzi No.353)
[3] Membaca Doa Shalat Terlalu Keras
Bacaan
dalam shalat tidak boleh mengganggu orang lain, karena Nabi pernah menegur
sahabat yang berbuat demikian. Bacaan dalam shalat itu berisi doa. Etika dasar
dalam berdoa adalah diucapkan dengan lirih, penuh rendah diri dan rasa takut
kepada Allah. Terdapat pula pendapat yang menyebutkan bahwa tidak benar membaca
bacaan shalat di dalam hati. Akan tetapi baiknya diucapkan dengan lirih (sir)
dengan menggerakkan bibirnya sehingga bisa mendengar apa yang dibacanya.
“Orang
yang shalat sedang bermunajat kepada Tuhannya. Oleh karena itu hendaklah ia
memperhatikan munajatnya kepada Tuhannya dan janganlah seseorang mengeraskan
bacaan Al-Qur’annya sehingga mengganggu lainnya.” (HR Bukhari dan Malik)
[4] Mendahului Ucapan “Amin” Imam
Ucapan
amin merupakan sunnah dalam shalat. Diantara kekeliruan yang terjadi adalah
makmum mendahului ucapan amin sang imam. Atau imam tidak mengucapkan amin
dengan keras. Nabi menyuruh makmum mengikuti bacaan amin imam segera setelah
imam mengucapkan amin. Sehingga makmum mengucapkannya bersamaan dengan ucapan
imam.
“Jika
imam mengucapkan amin, maka ucapkanlah amin. Barangsiapa ucapan aminnya
bersamaan dengan malaikat, ia akan diampuni dosanya yang telah lampau.” (HR Bukhari No.780)
[5] Mendahului Gerakan Imam
Dalam
shalat berjamaah, makmum tidak diperkenankan mendahului imam atau
membarenginya, karena Nabi telah memperingatkan hal itu. Hukumnya haram jika
mendahului imam dan makruh jika gerakannya bersamaan dengan imam. Yang disunnahkan
adalah mengikuti gerakan imam tanpa menunggu-nunggu atau menunda. Hal ini
karena posisi imam dalam shalat jamaah adalah memimpin shalat, sedangkan makmum
yang mengikuti. Begitu pula saat
mengucapkan salam, makmum sebaiknya menunggu imam selesai mengucapkan salam,
kemudian baru mengikuti.
“Wahai
manusia, sesungguhnya aku adalah imam kalian. Maka janganlah kalian
mendahuluiku dalam rukuk, sujud dan ketika berdiri atau ketika meninggalkan
tempat shalat. Karena aku melihat kalian dari depan dan belakangku.” (HR Muslim No.989)
[6] Tidak Meluruskan Rukuk dengan Sempurna
Seharusnya
ketika rukuk keadaan punggungnya harus lurus seperti lurusnya punggung jika
diletakkan wadah yang berisi air, airnya tidak tumpah. Kesalahan yang terjadi
pada banyak kaum muslimin adalah melakukan rukuk tidak sempurna. Baik itu rukuknya
kurang condong ke bawah maupun terlampau condong ke bawah hingga tidak lurus.
Posisi jari-jari tangan juga perlu diperhatikan.
“Jika
Rasulullah sedang rukuk, maka ia tidak meninggikan kepalanya juga tidak
merendahkannya akan tetapi sejajar di tengah-tengah.” (HR Muslim)
“Nabi
jika sedang rukuk maka merenggangkan jari-jarinya dan jika bersujud maka
menyatukannya.” (HR Al
Hakim)
[7] Posisi Sujud yang Keliru
Berikut
beberapa posisi sujud yang keliru dan masih ditemukan di kaum muslimin. Pertama
adalah menjulurkan kedua lengannya saat sujud dengan menempelkan ke lantai.
Yang benar adalah sujud dengan mengangkat kedua siku tangan.
“Luruskan
posisi sujud kalian. Janganlah salah seorang dari kalian menjulurkan kedua
lengannya seperti anjing menjulurkan (kakinya).” (HR Bukhari No.822 Muslim
No.1130)
Kekeliruan
lainnya adalah menempatkan telapak kaki di atas telapak kaki lainnya. Posisi
dimana telapak kaki dibebankan pada kaki yang lain ini kurang tepat. Jari-jari
kaki kita seharusnya diposisikan menempel lantai dan menghadap ke arah kiblat
begitu pula posisi telapak tangan. Saat sujud pun, hidung juga menempel ke
lantai karena merupakan tujuh anggota badan dalam sujud.
“Aku
diperintahkan untuk bersujud di atas tujuh tulang yaitu dahi (sambil
menunjukkan tangannya pada hidungnya), kedua telapak tangan, kedua lutut dan
kedua ujung kaki.” (HR
Bukhari Muslim)
[8] Menyepelekan Dzikir Setelah Shalat
Yang
seharusnya menjadi keutamaan setelah shalat adalah menyibukkan diri dengan
berdzikir dan berdoa kepada Allah. Seseorang yang selesai shalat hendaknya
tidak tergesa-gesa meninggalkan tempat shalatnya sebelum berdzikir. Minimal
membaca istighfar, tasbih, tahmid, takbir dan tahlil. Apabila kita tidak menggunakan
momen setelah shalat untuk dzikir dan doa, biasanya kita tidak mempunyai momen
lain di luar shalat untuk melakukannya. Apalagi setelah shalat merupakan salah
satu waktu yang utama doa diterima oleh Allah.
“Siapa yang bertasbih
setiap selesai shalat sebanyak 33x dan bertahmid 33x, dan bertakbir 33x, dan
menggenapkan seratus dengan ucapan tahlil. Maka diampunkan seluruh kesalahannya
sekalipun seperti buih di lautan”. (HR Muslim No.597)
Semoga
hal ini dapat membawa kita semua pada perbaikan ibadah shalat kita. Karena kita
tidak tahu apakah amal shalih kita diterima oleh Allah atau tidak. Terlebih
lagi apabila shalat yang kita kerjakan selama ini rusak atau salah, tentu
menjadi sebab tidak diterimanya amal kita. Kami tutup dengan hadits nabi muhammad. kesalahan dalam shalat
“Nasehat adalah termasuk
pokok agama (Islam).” (HR Muslim No.55)
“Sampaikanlah (dariku)
walau satu ayat”
Sumber Referensi:
Sifat Shalat Nabi.
Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
Ringkasan Fiqih Islam.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri
Kesalahan yang Sering
Terjadi dalam Shalat. Budiman Mustofa.
Tag: kekeliruan dalam shalat, kesalahan dalam shalat, benarkah shalat kita, yang salah dalam shalat, shalat berjamaah, shalat