Tanya Jawab Lengkap Materi Stunting Kemenkes
Kumpulan Tanya Jawab Stunting
Apa Itu Stunting
Menurut WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.
Menurut Kementerian Kesehatan, Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi. Stunting dipengaruhi oleh status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta ekonomi, budaya, maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan.
Bagaimana Kondisi Stunting Indonesia
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (2021), 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting, sehingga kurang lebih terdapat 5 juta anak Indonesia mengalami stunting. Pada tahun 2021 angka stunting di Indonesia mencapai 24%.
Apa Saja Gejala Stunting
Adapun gejala stunting pada anak yang perlu diketahui dan diwaspadai oleh para orangtua adalah:
1. Pertumbuhan tulang yang tertunda pada anak.
2. Berat badan rendah (BBR) jika dibandingkan anak seusianya.
3. Tinggi badan lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
4. Proporsi tubuh tampak lebih muda/kecil untuk seusianya.
Apa Saja Faktor Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi yang menentukan pada 1.000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan) antara lain:
1. Praktek pengasuhan yang tidak baik. Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan 60 % dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pengganti ASI (MPASI)
2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan anc (ante natal care), post natal dan pembelajaran dini yang berkualitas. 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan Anak Usia Dini 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013) Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi 8,3 juta dari 12,1 juta remaja putri tidak mengkonsumsi tablet tambah darah dan berisiko anemia 2,8 juta dari 4,9 juta Ibu hamil tidak periksa kehamilan minimal 6x Hanya 46.000 dari 300.000 Posyandu aktif beroperasi 6,5 juta dari 22 juta balita tidak dipantau pertumbuhan dan perkembangannya
3. Kurangnya akses ke makanan bergizi. 1 dari 3 ibu hamil anemia. Makanan bergizi mahal.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka. 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.
Apa Saja Dampak Buruk Stunting
Dampak buruk jangka pendek yang dapat ditimbulkan oleh stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Dalam jangka panjang stunting adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua
Bagaimana Upaya Pencegahan Stunting
Cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah pencegahan terhadap stunting dengan mengetahui dan memahami gejala stunting yang muncul pada anak. Dengan dimulai dari pengetahuan dan pemahaman ini, diharapkan penanganan dapat segera dilakukan oleh petugas kesehatan.
Bagaimana Upaya Pencegahan Stunting pada Remaja
Para remaja putri bisa dengan aktif minum tablet tambah darah (TTD) sebagai langkah pencegahan. Konsumsi tablet tambah darah direkomendasikan 1 tablet seminggu sekali.
Bagaimana Upaya Pencegahan Stunting pada Ibu Hamil
Para orangtua diharapkan rutin melakukan pemeriksaan kandungan ke fasilitas kesehatan disertai dengan rutin mengkonsumsi Tablet Tambah Darah, menjaga dan memenuhi asupan gizi yang baik bagi tumbuh kembang janin. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu hamil selalu mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi serta suplemen ibu hamil sesuai anjuran dokter.
Bagaimana Upaya Pencegahan Stunting pada Balita
Para orangtua diharapkan memberikan ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan. Ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim Jerman, menyatakan bahwa ASI dapat mengurangi peluang stunting pada anak karena memiliki kandungan gizi mikro dan makro. Selain itu kandungan Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada ASI pun dinilai dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi.
Sedangkan pada bayi di atas 6 bulan, memberikan makanan pendamping atau MPASI yang bergizi dari protein hewani dan tetap melanjutkan ASI. Selain itu juga dianjurkan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan serta imunisasi balita setiap bulan di Posyandu atau Fasilitas Kesehatan lainnya.
Selain itu juga menjaga kebersihan lingkungan agar bayi tidak mudah terserang penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar kotor. Studi oleh Harvard Chan School menyebutkan bahwa diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan pada stunting dimana salah satu pemicu diare berasal dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia. Sehingga faktor kebersihan lingkungan ini secara tak langsung meningkatkan peluang stunting.
Apa Saja Upaya Pemerintah dalam Menangani Stunting
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan melakukan 3 upaya untuk mencegah stunting di Indonesia. Upaya pertama dimulai dari wanita sebelum kehamilan yaitu dengan pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi para remaja putri. Kegiatan ini dengan menggalakkan Aksi Bergizi di Sekolah melalui 3 paket intervensi diantaranya pemberian TTD mingguan bagi remaja putri, aktivitas fisik dan konsumsi makanan bergizi seimbang.
Upaya kedua pada ibu hamil dengan pemberian TTD, pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil. Bersama dengan bantuan Pemda puskesmas dalam memberikan USG yang diwajibkan bagi ibu hamil datang minimal 6 kali selama 9 bulan untuk melihat perkembangan janin nya.
Upaya ketiga pada anak usia 6 sampai 24 bulan dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani. Protein hewani dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal anak dan diharapkan sumber protein hewani yang mudah didapatkan disekitar dan harganya terjangkau. Macam sumber protein hewani ini adalah telur, ikan, ayam, daging dan susu.
Apa Itu Gerakan Cegah Stunting
Pemerintah telah berusaha melalui Gerakan Cegah Stunting melalui Tagline “Cegah Stunting Itu Penting” yang dipadukan dengan pesan ABCDE bebas stunting. Adapun Pesan ABCDE gerakan cegah stunting adalah"
(A) Aktif minum Tablet Tambah Darah. Konsumsi TTD bagi remaja putri 1 tablet seminggu sekali. Konsumsi TTD bagi Ibu hamil 1 tablet setiap hari (minimal 90 tablet selama kehamilan)
(B) Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali. Periksa kehamilan minimal 6 (enam) kali, 2 (dua) kali oleh dokter menggunakan USG.
(C) Cukupi konsumsi protein hewani. Konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas 6 bulan.
(D) Datang ke Posyandu setiap bulan. Datang dan lakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan, serta imunisasi balita ke posyandu setiap bulan.
(E) Eksklusif ASI. 6 bulan ASI ekslusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga usia 2 tahun.
Berapa Anjuran Pemenuhan Gizi untuk Mencegah Stunting
Pemenuhan gizi menjadi hal yang penting bagi bayi dan anak. Hal ini diketahui pada sejumlah penelitan pada anak yang mendapatkan asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan, terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori.
Pada usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan untuk memberikan konsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara pada anak usia 1 – 3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan.