Saudara Kita Memanggil (Syria Call Us)
Bismillaahirrahmaanirrahiimi..
“Seluruh rambutnya telah memutih. Di bagian kepalanya terdapat luka akibat
benturan benda tumpul. Dialah Hamzah Abdullah, pria pengungsian Suriah berusia
60-an tahun. Semula ia masih mampu berbicara biasa.
“Ketika kalian... kaum muslimin dari Indonesia... Malaysia... atau dari
negara manapun khususnya selain Arab datang menemani keseharian kami (di kamp
pengungsian). Kami merasakan sebagai....”
Tangannya menyilang di dada mengisyaratkan ada sesuatu yang membuncah di
dada, menggelora dan tak mampu menahan. Matanya mengerling ke langit-langit,
seolah menahan sesuatu yang hendak keluar mengalir jatuh ke bawah. Sesaat
nafasnya tertahan hingga berganti menjadi tangis. Semula lirih lambat laun
menjadi sesenggukan. Matanya mulai sembab sembari melanjutkan kata-katanya.
“Kami merasakan... dengan dukungan saudara-saudara kami (selain Suriah),
bahwa kami adalah satu saudara. Kami benar-benar merasakan sebagai umat Islam
yang satu... Seperti sebuah tubuh yang satu.” Kata pria bernama Hamzah tsb.”
Konflik yang
terjadi di Suriah ini sudah terjadi sejak Maret 2011 namun pemberitaan yang
keluar tentang kondisi Suriah jarang sekali. Sehingga banyak orang menilai ini
hanyalah pergolakan politik intern negara biasa. Konflik peperangan Suriah ini
terjadi karena ketidakpuasan rakyat kepada penguasanya yang kejam terhadap umat
muslim. Ini merupakan revolusi rakyat dalam menentang penguasa yang zalim. Penguasa
Suriah, Bashar Asad, memerangi para muslim dan rakyat Suriah yang anti rezim
Asad. Muslimin Suriah dirampas kebebasan, kemerdekaan, kemuliaannya hampir
selama 50 tahun. Rezim ini sudah kuat mengakar dan tertanam di kekuatan dan
kekuasaan negeri ini.
Rakyat Suriah
adalah rakyat muslim namun jangan kira mereka bebas melaksanakan syiar-syiar
Islam. Ingin masuk masjid, mereka akan diawasi dan dicatat. Bagi yang
berkhutbah maka akan dibawa ke kantor polisi. Banyak khatib yang ditangkap,
dipenjara sampai mati. Disana mereka tidak bebas, tertindas, tertekan, disiksa,
dibantai oleh pemerintah. Banyak orang yang dipenjara, dipasung, digantung tidaklah lain karena mereka adalah seorang
muslim yang mengatakan bahwa Rabb kami adalah Allah (Laailllaha illallah).
Akhirnya banyak
warga muslim Suriah yang mengungsi ke perbatasan negara tetangga seperti Turki,
Irak, Lebanon dan tinggal di kamp-kamp pengungsian. Berbagai pemberitaan
internasional memberi gambaran bahwa keadaan mayoritas pengungsi telah berada
dibawah koordinasi. Tetapi faktanya setengah dari pengungsi Suriah itu tidak ter-register
/ tercatat oleh UNHCR dll. Diperkirakan seluruh pengungsi yang tercatat dan
tidak mencapai 1,5 juta jiwa. Diantaranya mereka banyak yang terluka karena
roket-roket pemerintah. Sehingga hidup mereka bergantung pada bantuan-bantuan
dari saudara muslim lainnya.
Para pengungsi
yang mendapat pengobatan di RS perbatasan di Turki kebanyakan adalah dokter
dari golongan Nushairiyah. Nushairiyah adalah rezim komunis di Suriah. Pasien
korban Suriah diperlakukan semena-mena. Dalam hal lain pun para Nushairiyah
menunjukkan sikap negatif terhadap segala bentuk aktivitas yang menyangkut
bantuan terhadap muslim Suriah.
Diantara bentuk tindakan malpraktik yang dilakukan dokter Nushairiyah
adalah melakukan tindakan amputasi pada kasus ringan yang sebenarnya bisa
diobati tanpa amputasi. Misalnya luka di jari yang seharusnya cukup diobati
namun dilakukan amputasi lengan.
Terpaksa para
pengungsi berobat ke RS Swasta yang biayanya lebih mahal, karena RS pemerintah
dikuasai oleh dokter-dokter Nushairiyah. Obat-obatan untuk para pengungsi pun
sangat mahal didapat.
Relawan Indonesia
telah membantu mengobati dan melihat keadaan di kamp-kamp pengungsian perbatasan
Suriah. Salah satunya dari HASI (Hilal Ahmar Society Indonesia) yang berangkat
31 Juli 2012 dengan beranggotakan 4 relawan ke pengungsian Suriah di Turki. Tim
melakukan kunjungan, pengobatan serta mendirikan klinik. Akan tetapi awal
Oktober lalu klinik tersebut sempat terkena roket walaupun tidak ada korban
jiwa.
Paparan dr. Adisurya Dharma (salah satu relawan HASI) mengalami sendiri,
serangan-serangan massal terhadap umat muslim Suriah dilakukan ketika
waktu-waktu shalat umat Islam.
“Ketika saya shalat jum’at saya dapat merasakan dan mendengar suara
ledakan-ledakan roket di kota-kota Suriah. Bangunan masjid-masjid dengan
menaranya yang tinggi-tinggi itu tampak hancur oleh roket-roket pemerintah.
Inilah kondisi yang setiap hari terjadi. Rakyat menjadi takut apabila shalat di
masjid.”
Mari kita bersama
mengklarifikasi dan melihat lebih dekat apa yang sesungguhnya terjadi bukan
hanya dari pemberitaan-pemberitaan yang dikabarkan oleh media asing. Sehingga
bisa jadi kita melihat sebuah bangsa yang telah melakukan penghancuran terhadap
rakyat muslimnya yang terzalimi. Mohonkan kepada Allah dalam doa dan shalat
kita supaya peperangan ini, Allah menangkan umat muslim atas musuh-Nya.
Nabi SAW mengajari bahwa hakikat sebenarnya kehidupan bersaudara (dalam
Islam) laksana tubuh yang satu. Hingga salah satu bagian tubuh terluka, yang
lain akan merasakan sakitnya dan berusaha mengobatinya.
Saudara-saudara
kita di Suriah membutuhkan pengobatan, perawatan, bantuan dan kepedulian dari
umat Islam Indonesia. Meski hanya setetes bantuan baik itu harta dan doa, cukup
apabila kita tidak bisa melakukan yang lebih. Sungguh Allah tidak akan pernah
menyia-nyiakan amalan kalian.
Bacalah,
renungilah dan mohon disebarkan kepada saudara muslim lainnya.
Jazakumullahu
khairan
Dikutip dari:
*Media cetak HASI
“Setangkup Janji Untuk Suriah”.
*Kajian Peduli
Suriah di Masjid Pangeran Diponegoro Semarang.
“Syaikh Muhammad, apakah anda menangis karena duka atau karena tidak mampu
berbuat banyak?”
“Karena keduanya tapi rasa duka lebih besar. Tidak ada lagi kebaikan dalam
diri jika hati kita tidak terbakar setelah menyaksikannya. Kita berbicara atas
dasar kemanusiaan, fitrahnya seorang insan. Seolah-olah mereka lebih rendah
daripada binatang. Akupun menangis dari ketidakmampuan berbuat sesuatu dan ini
sungguh menyakitkan. Mereka dihinakan dengan tendangan sepatu yang menghantam
di wajah mereka, dan menyuruh bersujud pada fotonya Bashar Asad. Akan tetapi
orang-orang ini menolak sekalipun dia akan terbunuh, disembelih, menderita,
bahkan ia meludahi foto penguasa berdosa ini. Bersabarlah wahai orang yang
beriman ”